Disuatu desa terdapat seorang pedagang kayu yang mencari pekerja
untuk menjadi penebang kayu untuknya. Pedagang kayu ini lalu membuka lowongan
kerja bagi masyarakat disekitar perusahaannya. Ada beberapa orang yang mendaftar
dan dari sekian seleksi terpilihlah satu orang laki-laki bertubuh kekar dan
sehat.
Pada hari dimana laki-laki ini pertama kali bekerja, Pedagang
kayu memberikan sebuah kapak yang baru dan menunjuk lokasi tempat dimana dia
harus menebang pohon. Pada hari pertama ini si pekerja dapat menebang 10 pohon
sekaligus dalam sehari. Pedagang kayu yang mendapat laporan langsung memuji si
pekerja karena mampu menyelesaikan penebangan pohon yang sangat banyak.
Pada hari kedua si pekerja mampu menebang 9 pohon saja.
Pedagang kayu yang mendapat laporan tetap memuji hasil kerjanya karena 9 pohon
itu sudah banyak bagi si pedagang. Namun, bagi si pekerja ini merupakan
penurunan performa bekerjanya dan bertekad akan lebih giat lagi keesokan
harinya.
Pada hari ketiga si pekerja berjuang dengan sangat keras untuk
menebang pohon lagi namun ternyata dalam sehari dia hanya bisa menebang 8 pohon
saja. Begitu terus hari keempat, kelima, keenam dst selalu mengalami penurunan
jumlah pohon yang bisa ditebang hingga pada hari kesepuluh hanya bisa menebang
1 pohon saja.
Si pekerja yang melihat ini merasa frustasi dan sedih sekaligus
ingin berhenti bekerja karena merasa kemampuannya sudah hilang. Akhirnya dia
melapor pada si pedagang untuk memberhentikannya. Si pedagang yang mendengar
itu hanya tersenyum dan mengatakan jika kemampuan si pekerja tidaklah hilang
sama sekali. Si pekerja yang mendengarnya merasa kebingungan mengapa si
pedagang mengatakan hal seperti itu padahal sangat jelas jumlah pohon yang dia
tebang selalu berkurang tiap harinya.
Akhirnya si pedagang menjelaskan bahwa si pekerja ini lupa
untuk mengasah kembali kapaknya yang sudah dipakai beberapa kali sehingga
kapaknya menjadi tumpul. Si pedagang menambahkan jika si pekerja setiap harinya
terlalu sibuk pada rutinitas penebangan pohon dan melupakan hal penting yaitu
ketajaman kapaknya yang sudah mulai menghilang padahal kapak adalah alat utama
yang digunakan si pekerja untuk menebang pohon. Hal inilah yang menyebabkan
pada hari pertama si pekerja bisa menebang 10 pohon sedangkan pada hari
kesepuluh hanya bisa satu pohon saja.
Hal ini bisa kita jadikan pelajaran agar kita tidak selalu
sibuk pada rutinitas pekerjaan kita sehari-sehari sehingga hidup kita tidak
selalu monoton hingga pada akhirnya akan menurunkan performa pekerjaan kita. Oleh
karena itu mengasah kembali diri kita dengan wawasan atau ilmu baru atau bahkan
dengan mengistirahatkan tubuh dengan liburan adalah hal yang perlu bahkan wajib
dilakukan agar performa bekerja kita akan tetap terjaga dengan stabil.
Terima kasih dan selamat mencoba
Post a Comment