Prajogo lahir dari seorang buruh penyadap karet. Beliau
sempat bersekolah namun tamat hanya sampai jenjang SMP. Hal ini disebabkan
kurangnya ekonomi dari kedua orang tuanya. Sebelum mencapai kekayaannya
sekarang, beliau pernah sempat merantau ke Jakarta namun hasilnya nihil.
Lamaran pekerjaannya ditolak oleh banyak perusahaan dan pengusaha saat itu
hingga Prajogo memutuskan kembali ke kampung halamannya dan menjadi supir angkot.
Pada saat berprofesi menjadi supir angkot inilah Prajogo bertemu
dengan pengusaha kayu dari Malaysia yang bernama Bong sun on atau biasa dikenal
dengan Burhan uray yang akan membuka jalan baginya ke dunia bisnis. Pada tahun
1969, akhirnya Prajogo bergabung di PT Djajanti Group milik Burhan Uray. Di PT
Djajanti inilah karir Prajogo meningkat pesat dan dalam waktu singkat beliau
diangkat menjadi General Manager di pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa
Timur.
Pada tahun 1970-an, Prajogo resign dari PT Djajanti dan memulai
bisnis kayunya sendiri. Perusahaan pertamanya bernama CV Pacific Lumber Coy
yang beliau beli dari hasil dana pinjaman bank. Perusahaan tersebut kemudian
berubah nama menjadi PT Barito Pacific Lumber.
Pada tahun 1993 PT Barito Pacific Lumber akhirnya go public
dan pada tahun 2007 merubah namanya menjadi Barito Pacific. Setelahnya
perusahaan Prayogo ini mengembangkan sayap bisnisnya tidak hanya di perkayuan tapi
juga dibanyak bidang terutama dibidang petrokimia.
Pada tahun 2007 di bidang Petrokimia PT Barito mengakuisisi 70% saham petrokimia Candra Asri dan pada tahun 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia yang merupakan salah satu produsen petrokimia terbesar di Indonesia. Hal inilah yang dengan cepat menambah pundi-pundi kekayaan Prajogo.
Terbaru Prajogo telah membeli saham Star Energy Group holding
yang sebelumnya dimiliki Thailand sebesar 33,3% saham yang membuat asetnya
diperusahaan tersebut menjadi USD 440 juta atau setara dengan 6,2 Triliun
rupiah. Prajogo membeli saham 33,3% star energy melalui salah satu perusahaannya
yaitu Green Era.
Prajogo sendiri sebelumnya sudah memiliki 66,6% saham star
energy sehingga dengan pembelian ini membuat Prajogo menguasai secara penuh
saham star energy. Saat ini Star Energy adalah pemegang proyek pembangkit
listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Wayang Windu, PLTP Darajat, dan PLTP Salak
yang berlokasi di Jawa Barat.
Pada tahun 2019 Prajogo juga mendapatkan penghargaan tanda
kehormatan Bintang Jasa Utama dari presiden Jokowi dodo karena kiprahnya
dibidang bisnis dan petorkimia di Indonesia.
Begitulah kisah dari seorang Prajogo Pangestu yang awalnya
hanya supir angkot berkat kegigihan dan ketekunannya dalam dunia bisnis bisa
menjadi salah seorang manusia terkaya di Indonesia.
Post a Comment