Abu Yazid hidup dalam keluarga yang taat beragama, Ibunya seorang zahidah dan ayahnya pemuka masyarakat serta dua orang saudaranya termasuk ahli sufi walaupun tidak seterkenal dirinya.
Mulanya ia belajar agama di masjid tempat kelahirannya. Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke berbagai daerah dan akhirnya ia menjadi seorang sufi dengan ajaran tasawufnya al Fana,` al Baqa` dan al Ittihad.
Sebelum mencapai tingkat ittihad, ia mengawali maqamnya dengan fana` dan baqa` yang merupakan dua kembar yang tidak dapat dipisahkan, dalam pencapaian al Ittihad, al Fana` adalah lenyapnya sifat-sifat basyariah, akhlak yang tercela kebodohan dan perbuatan maksiat dari diri manusia.
Sedangkan al Baqa` adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, Akhlak yang terpuji, ilmu pengetahuan dan kebersihan dari dosa dan maksiat. Sedangkan al Ittihad adalah menyatunya jiwa manusia dengan Tuhan, dan untuk mencapai hal tersebut harus dilakukan usaha-usaha yang maksimal seperti taubat, zikir, ibadah dan menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji.
Seorang sufi dalam pencapaiannya ittihad terlebih dahulu mengalami al-fana’ ‘an al nafs, dalam arti lafdzi kehancuran jiwa (bukan hancurnya jiwa sufi menjadi tiada, tapi kehancurannya akan menimbulkan kesadaran sufi terhadap diriNya). Inilah yang disebut kaum sufi al fana’‘an al nafs wa albaqa, bi ‘l Lah, dengan arti kesadaran tentang diri sendiri hancur dan timbullah kesadaran diri Tuhan, maka terjadilah ittihad, persatuan atau manunggal dengan Tuhan.
Post a Comment